Katekese tentang Siksa Kekal / Neraka menurut Katolik (bag. 1)


Keputusan Tuhan membawa perpisahan yang sangat radikal. Di dalam dunia ini yang baik dan yang buruk masih bercampur-baur. Yang buruk kelihatan di tengah yang baik sebagai ilalang di antara gandum. (Mat 13:25). Menang dan kalah silih berganti. Tetapi pada akhir zaman mereka dipisahkan; yang baik dikumpulkan dan yang buruk dibuang. Berlainan sekali dengan perkataan Kristus: Marilah kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, kedengaranlah suara: Enyahlah daripada-Ku hai kamu orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal. Dan mereka akan masuk ke tempat siksaan kekal, tetapi orang benar akan masuk dalam hidup yang kekal. (Mat 25:41-46).

1. Siksa Neraka

Kristus tidak mau menegaskan secara konkrit sifat-sifat yang sebenarnya daripada siksa neraka itu. Ia selalu menyesuaikan diri dengan kebiasaan setempat, juga dalam memilih kata-kata. Ia berbicara tentang dapur api (Mat 13:42), tentang api yang tak terpadamkan (Mrk 9:43).
1.1 Adanya siksa

Sang Penebus datang bukan untuk mengancam. Tugas-Nya ialah membawakan kabar gembira mengenai Kerajaan Allah. (Mat 4:23). Tidak semua orang menerimanya. Dan mereka yang menolaknya akan dibuang ke luar. Yohanes Pembabtis menerangkan: Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan ... setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (Mat 3:8-10). Dan Kristus sendiri berkata dalam suatu perumpamaan: Seperti ilalang dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api. Di sana akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. (Mat 13:44-46). Hal yang sama masih diungkapkan oleh Yesus dalam banyak perumpamaan lain: perumpamaan tentang pukat, di mana orang membuang ikan yang tidak baik. (Mat 13:48); lalu perumpamaan tentang perjamuan. Ketika para undangan menolak undangan dan menyiksa para hamba dan membunuhnya, murkalah raja; ia mengirim pasukan ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.(Mat 22:7). Tentang hamba yang tidak setia diberitakan bahwa tuan akan membunuh dia dan membuat senasib dengan orang munafik. (Mat 24:51). Aku tidak tahu darimana kamu datang, enyahlah dari pada-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan. (Luk 12:37). Bagi mareka yang tidak melaksanakan cintakasih, akan terdengar: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang yang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal. (Mat 25:41). Dan akhirnya, kesimpulan ringkas dari tugas yang diberikan Yesus kepada Para Rasul-Nya; pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. (Mrk 16:15-16).

Santo Paulus pun berbicara dengan jelas sekali. Pada waktu Tuhan Yesus dari dalam Surga menyatakan diri-Nya bersama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak menaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari  hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya. (2 Tes 1:7-9). Oleh karena itu, Rasul Paulus menasehati para pendosa dengan sangat: Oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada waktu  mana murka dan hukuman Tuhan yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang berbuat jahat, sebab Allah tidak memandang bulu. (Rom 2:5-11)

Allah yang belaskasihan-Nya tidak terbatas akan menghukum para pendosa yang tidak mau bertobat dengan hukuman berat di kehidupan yang lain.

1.2 Kehilangan Tuhan

Kalimat “Enyahlah daripadaKu, hai kamu orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal. (Mat 25:41)” mencakup dua masalah yaitu kehilangan Tuhan dan siksa api.
Para terkutuk tahu bahwa Tuhan ada: mereka juga tahu bahwa Ia adalah kebaikan yang tidak terhingga, tetapi mereka tidak memandang-Nya dan mereka tidak mencintai-Nya; mereka merasakan bahwa kebenaran, kebaikan dan keindahan yang tidak terkatakan itu menolak mereka dan membuang mereka. Selama mereka hidup di dunia mereka tidak mau tahu-menahu mengenai Tuhan; mereka menganggap Tuhan sebagai suatu halangan bagi kebahagiaan mereka; mereka mau hidup tanpa Tuhan; mereka mau hidup sesuka hatinya. Mereka tidak membutuhkan Tuhan dan sekarang juga mereka harus hidup tanpa Tuhan. Segala macam kegembiraan duniawi sudah hilang lenyap; mereka merasakan suatu kekosongan yang mengerikan. Bagaikan bayang-bayang kesemuanya itu berlalu, laksana kabar yang melintas dengan cepatnya, laksana asap yang dicerai-beraikan angin. Keb 5:11-14.

Mereka sangat merasakan kehilangan Tuhan. Kerinduan dasar dari jiwa mereka ingin memiliki Tuhan, kebenaran, kebaikan dan keindahan yang sempurna. Tetapi keinginan itu mengalami frustrasi terus-menerus. Sekarang mereka tahu bahwa Allah adalah kehidupan dari kehidupan mereka, tetapi mereka tahu juga bahwa mereka sudah terputus daripada-Nya. Mereka tahu bahwa mereka sudah hilang, ditinggalkan oleh Tuhan dan diusir oleh Tuhan. Pikiran kepada Tuhan tidak pernah melepaskan mereka; pikiran itu selalu menyiksa mereka dan mengejar mereka. Tetapi bukan itu saja. Kedukaan mereka tidak hanya terdiri dari kehilangan Tuhan. Mereka juga merasakan suatu kekosongan. Di dalam hatinya terdapat suatu kerinduan yang tidak terhapuskan akan kebenaran, kebaikan dan keindahan tetapi didorong oleh kehendak jahat mereka telah memilih kebohongan, ketidakbenaran dan keburukan.

Sebab dari kesemuanya itu ialah kehendak mereka yang telah memilih yang buruk. Di dalam mereka tidak ada bekas cintakasih. Kebajikan kepercayaan sudah mati di dalam mereka. Mereka masih menerima bahwa Tuhan itu ada tetapi sinar Tuhan tidak menyinari mereka. Ada lagi satu masalah khusus di neraka yaitu bahwa di sana tidak ada pengharapan lagi. Para terkutuk tahu bahwa mereka tidak mengharapkan lagi sesuatu. Tiap kesengsaraan akan lebih mudah terpikul apabila ada harapan di neraka. Tetapi pembuangan ini sifatnya kekal sehingga tidak terdapat harapan sama sekali.

Apabila kita meresapkan semuanya ini dan memperhatikan apa yang dilakukan oleh Tuhan yang mahabelaskasih terhadap para pendosa yang tidak bertobat, maka kita harus dapat berkata: Sungguh ngeri apabila jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. (Ibr 10:31)

1.3 Api Neraka

Kitab Suci mempergunakan beberapa istilah untuk menyatakan siksa di neraka. Ulat yang tidak mati (Mrk 9:48), ratapan dan kertakan gigi (Mat 24:51); kegelapan yang paling gelap (Mat 8:12); lautan api dan belerang (Why 20:10); gua-gua gelap di mana malaikat berdosa ditahan (2 Pet 2:4); belenggu abadi di dalam dunia kekelaman (Yud 1:6); tempat penderitaan (Luk 16:28). Istilah yang paling banyak dipergunakan ialah:  api yang tidak terpadamkan, api kekal. (Mrk 9:44). Tuhan hendak menyampaikan kepada kita siksa neraka melalui pengertian api.

Kita tidak mengetahui sifat dan cara kerja api tersebut. Kita hanya dapat mengatakan bahwa di samping kehilangan Tuhan, masih ada lagi satu makhluk yang menyiksa para terkutuk, dan makhluk itu dinyatakan dalam istilah api. Dunia pengertian kita tidak dapat menggambarkan siksa ini lebih baik daripada api. Tidak ada gunanya menanyakan bagaimana api ini menyiksa jiwa dan bagaimana badan-badan di neraka menyala tanpa menjadi hangus. Suatu tabir rahasia menyelubungi semuanya itu dan kita tidak mampu mengungkapkannya.